IN NOMINE DEI MISERATORIS, MISERICORDIS

Lege in nomine Domini tui, qui creavit:

Selasa, 01 Februari 2011

PRONVNTIATVS CLASSICVS

Gothic_Capital_Mungkin baik juga mengetahui beberapa cara pengucapan kuno yang digunakan sekitar abad II S.M. s.d. abad I M.

  • Diftong <ae>, <oe> diucapkan secara terpisah, dengan aksen (tekanan) pada vokal pertama. (e.g. <laetus> dibaca /láetus/)
  • <c> diucapkan seperti /k/ dalam /kita/. (e.g. <cibus> dibaca /kibus/).
  • <g> diucapkan seperti /g/ dalam /gitar/, (e.g. <magister> dibaca /magister/).
  • <ch> diucapkan seperti <ch> dalam bahasa Jerman: <ich, buch>. Pengucapan seperti ini biasanya digunakan untuk kata-kata yang diambil dari bahasa Yunani; misalnya <charis> (Yun.) à <charitas> (Latin Kuno, lalu dalam Latin modern dan Latin Gerejani menjadi caritas, namun tetap bertahan untuk nama Christus, yang berasal juga dari bahasa Yunani Christos);
  • <ng-> diucapkan secara terpisah (e.g. <magnus> dibaca /mag-nus/)
  • <h> diucapkan dengan jelas, baik di awal kata maupun ditengah sesudah <c>, <p>, <t> dalam kata-kata yang diambil dari Yunani. (e.g. <homo> dibaca /homo/; <philosophus> dibaca /philosophus/). Namun kalau berada di tengah kata, tetap tidak diucapkan, dan sejak sekitar abad IV M <ph> diucapkan seperti /f/.
  • <quu-> dibaca /ku/ (e.g. <equus> dibaca /ekus/).
  • <s> selalu diucapkan seperti /s/ dalam bahasa Indonesia (e.g. asinus).
  • <ti> diucapkan seperti tertulis (e.g. <amicitia> dibaca /amikitia/)
  • <y> yang terdapat dalam kata-kata yang berasal dari Yunani maka diucapkan seperti /ü/ dalam bahasa Jerman. (e.g. <tyrannus> dibaca /türannus/).

Cara pengucapan seperti ini masih sering terdengar dan dipertahankan baik di Italia (untuk bahasa dan sastra Latin pada umumnya), namun terutama di luar Italia (Polandia, Belanda, Brasilia, dsb.). Namun saat ini Gereja di Roma tidak menggunakan cara pengucapan (dan penulisan) ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar